![]() | |
Aerospace Engineering |
Secara garis besar tes buta warna memang sudah menjadi bagian prosedur umum dari medical check up di perusahaan Migas (ataupun teknik non-migas untuk bagian engineer) dan secara logika memang tidak mungkin ada perusahaan yang mau mengambil resiko awal dengan menerima penyandang buta warna untuk melakukan tugas engineer (karena didalamnya ada standarisasi terutama warna untuk mempermudah pekerjaan, baik antar personal, departemen, ataupun perusahaan, yang mau tidak mau harus ditaati.) ditambah lagi dengan kemungkinan adanya regulasi pada bagian legal dan K3 (dimana setiap perusahaan mempunyai aturan khas masing-masing untuk mencegah terjadinya kecelakan kerja).
Jika dimasukkan ke dalam analisis SWOT, maka apakah buta warna partial ini langsung dimasukkan kedalam weaknesses? atau malah sebagai Threats?
Kelemahan dalam mengidentifikasi warna memang bisa memperlambat proses produksi, dan buta warna juga bisa menjadi bencana dalam proses produksi, terutama jika menyangkut hal-hal yang teknis. Misalnya saja dalam menentukan warna kabel. Meskipun demikian, terkadang ada perusahaan-perusahaan yang meloloskan engineer yang menderita buta warna parsial. Pertimbangannya, mungkin engineer 'berkelainan' itu punya prestasi pengalaman yang mumpuni di bidang pekerjaannya, kemampuan analisis yang baik dan kemampuan komunikasi secara verbal dan non verbal sehingga mampu mengatasi kelemahannya tersebut.
Di beberapa perguruan tinggi memang ada yang meloloskan mahasiswa dengan kelainan buta warna parsial (bukan buta warna total lho). Namun para lulusan sarjana ini ke depannya akan banyak terkendala saat proses rekrutmen karyawan di perusahaan yang mensyaratkan tes buta warna di form medical check up-nya.
Sebenarnya masalah buta warna bukanlah 100 % menjadi faktor penghambat rejeki manusia, karena di bumi Allah ini masih banyak bidang-bidang pekerjaan yang bisa dieksplore lebih jauh lagi. Tips bagi engineer yang ingin bekerja di bidang teknik :
1. apabila tidak diterima di O&G Company sebagai engineer, cobalah untuk ke kontraktornya.
2. mencoba untuk cross discipline (mungkin ke bagian managerial atau support)
3. mencari kerja lain namun masih menyerempet-nyerempet bidang migas.dan semua itu tentunya sudah ada yang maha mengatur dan saya tidak memiliki kuasa atas hal tersebut.
Mereka yang telah bekerja tentunya sudah memiliki pengalaman dengan penyesuaian cara kerja dan menangani kasus yang sama apabila berhadapan dengan warna. Adapun tindakan preventif yang saya ketahui :
1. Meminta tolong rekan kerja yang bisa
2. Menggunakan metode 'labelling'
3. Apabila pekerjaan menggunakan sistem komputasi maka harus mempersiapkan tool colorblind
4. Membeli kacamata iso-oxy
5. (ini yang paling ekstrim)... Transplant mata.
Intinya orang penyandang buta warna diharuskan kerja ekstra dibandingkan dengan orang normal atau jika tidak maka rekan kerja yang akan bekerja ekstra karena mengetahui adanya kesalahan. (Hal yang satu ini tentunya tidak diinginkan) apabila dua duanya miss komunikasi maka kemungkinan bisa terjadi kecelakan kerja.